Dunia pendidikan kita seolah
memiliki dua sisi yang jika dipahami dengan baik memiliki kontradiksi cukup
tajam. Satu sisi setiap tahun Indonesia diharumkan oleh putra-putri bangsa
melalui olimpiade ilmu pasti seperti matematika dan fisika. Hal tersebut
tentunya sangat mampu membuat guru se-Indonesia tersenyum bangga. Akan tetapi
tidak jarang wajah kita sedikit mengerut jika mendengar pemberitaan tawuran
pelajar, penyalahgunaan narkoba, dan beberapa potret suram sebagian anak didik
kita. Dan sangat disayangkan biasanya ekspos hal-hal positif dunia pendidikan
kita hanya disebarkan dengan durasi yang tidak sepanjang pemberitaan
carut-marutnya kondisi kita.
Akan tetapi hal tersebut sudah sepatutnya kita refleksikan bersama sebagai cermin dunia pendidikan agar menatap ke arah yang lebih baik di masa kini dan masa datang. Jika kita soroti hal yang paling mencolok dalam output dunia pendidikan kita adalah mulai lunturnya etika dan nasionalisme putra-putri bangsa. Beranjak dari sanalah seharusnya kita sadari ada bagian penting dari pendidikan kita yang terlupakan. Secara mudah mungkin kita bisa mengelak dengan mengkambinghitamkan globalisasi sebagai sumber “bencana moral” bangsa ini, namun hal tersebut tentunya tidak akan mampu mengurai benang kusut moralitas bangsa. Globalisasi harus tetap berjalan karena memang tidak akan mampu dibendung, namun diperlukan penyeimbang agar globalisasi berjalan tanpa harus bertentangan dengan karakter luhur bangsa kita.
Guru menjadi pihak yang paling disorot
tajam jika sampai terjadi degradasi moral bangsa dan akan lebih sadis dan
menyakitkan jika kita mendengar vonis bahwa degradasi moral adalah kegagalan
pendidikan. Untuk menangkal kemungkinan terburuk tersebut, seluruh stake holder
pendidikan harus bersatu untuk membentuk sebuah sistem pendidikan yang kuat,
modern, dinamis, dan tentunya berkarakter Indonesia. Untuk mendapatkan karakter
Indonesia pada anak didik itulah diperlukan kembali penanaman jiwa Pancasila
pada putra-putri bangsa melalui jalur pendidikan.
Jika kita flashback beberapa dekade yang lalu kita mengenal adanya pelajaran
Civic, Pendidikan Moral Pancasila, dan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Akan tetapi sekarang seiring dengan perkembangan situasi
negara, akhirnya PPKN pun diubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Sekilas
tidak terlihat perbedaan yang prinsipil akan tetapi perubahan PPKn menjadi PKn
menghilangkan satu kalimat Pancasila. Dan ternyata bukan sekedar kalimat
Pancasila yang disirnakan akan tetapi kandungan materi pelajaran tersebut pun
lebih banyak menyoroti masalah kewarganegaraan dan kurang mendalami isi
butir-butir Pancasila. Kita bisa membuktikan dengan cara melihat kemampuan anak
SD era sekarang, mereka akan lancar menjelaskan bagaimana syarat-syarat menjadi
anggota legislatif atau tata cara memilih dalam Pemilu daripada menjelaskan
makna dari salah satu sila dari Pancasila. Hal tersebut tentunya membuat miris
kita sebagai tenaga pendidik yang khawatir Pancasila akan luntur dari dada
penerus bangsa ini.
Menyikapi hal tersebut, diperlukan
solusi cerdas dan aplikatif untuk tetap menanamkan jiwa Pancasila kepada
peserta didik tanpa harus menyalahkan pihak manapun dan kondisi apapun.
Beberapa tips sederhana untuk menanamkan jiwa dan nilai-nilai Pancasila kepada
anak didik yang dapat diterapkan di sekolah di antaranya :
1. Biasakan
siswa mengucapkan Pancasila setiap hari;
Hal pertama ini sepintas terlihat
berlebihan, akan tetapi tidak ada salahnya kita coba agar tidak terjadi lagi
anak sekolah, mahasiswa, bahkan (maaf)
pejabat negara yang lupa melafalkan Pancasila. Minimal dengan cara ini siswa
mulai mengenal apa itu Pancasila dan diharapkan akan membekas dalam memori
mereka sampai mereka kelak menjadi penerima estafet pembangunan bangsa kita.
2. Pasang
butir-butir Pancasila di dalam kelas dengan kemasan yang menarik;
Cara kedua ini memerlukan
kreativitas guru untuk mengemas butir-butir Pancasila dalam bentuk tulisan
maupun gambar yang menarik dan dipajang di dalam kelas ataupun di tempat
strategis lain di sekolah agar menarik perhatian siswa. Misalnya guru membuat
tulisan untuk kelas I SD dengan kalimat sederhana dan mudah dicerna seperti
“Anak Hebat Suka Bersahabat”. Kalimat sederhana tersebut jika didalami memiliki
keterkaitan dengan sila ketiga dari Pancasila. Atau untuk tingkatan usia SMP
bisa dimasukkan kata-kata yang lebih komunikatif seperti “Arogansi No,
Toleransi Yes”. Meskipun secara tata bahasa kurang mengenakkan akan tetapi
bahasa seperti itulah yang pada kenyataannya lebih mengena kepada anak yang
menginjak remaja.
3. Tanamkan
nilai-nilai luhur Pancasila sejak dini;
Tips berikutnya adalah menanamkan
nilai luhur Pancasila sejak usia dini, minimal sejak anak memasuki jenjang SD.
Cara yang bisa dilakukan misalnya dengan cara membiasakan anak didik bersalaman
dengan teman-temannya setiap bertemu di sekolah atau membiasakan anak didik
untuk bermain dan bergaul tanpa memandang perbedaan suku ataupun agama.
4. Adakan
waktu ekstra untuk mempelajari nilai-nilai Pancasila;
Hilangnya pendidikan Pancasila
secara eksplisit di sekolah dapat diatasi dengan mengadakan kegiatan penanaman
nilai Pancasila di luar jam pelajaran formal. Hal ini dapat dilakukan dengan
merancang kegiatan sesuai dengan tingkat psikologis siswa dengan tujuan
menanamkan satu per satu nilai-nilai luhur Pancasila. Sebagai ilustrasi
sederhana, apabila setiap 2 minggu sekali diadakan kegiatan semacam ini,
bayangkan berapa nilai Pancasila yang telah kita semaikan selama satu tahun
pelajaran.
5. Masukkan
Pancasila pada pelajaran lain.
Hal ini sudah dilaksanakan dengan
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ke dalam mata pelajaran yang lain. Akan
tetapi guru hendaknya lebih berani menambahkan muatan Pancasila pada mata
pelajaran yang relevan meskipun tidak tertulis dalam program pembelajaran
maupun buku sumber yang tersedia.
Dengan
kelima langkah sederhana dalam menyemaikan nilai Pancasila ke jiwa anak didik
kita, sangat mungkin kita bisa mewujudkan harapan para pendiri bangsa untuk
menjadikan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Falsafah Hidup bangsa Indonesia.
Tak perlu kita berpikir terlalu besar, lakukan penanaman karakter bangsa dari
hal dan lingkungan yang paling kecil sekalipun agar terjadi perubahan yang
besar di kemudian hari.
3 komentar:
Mohon ijin pak Kasmo untuk melampirkan file tulisan ini pada group Dinas Pendidikan Kabupaten Kendal
Monggo pak Yosh..
Wah jadi status baru di Grup Dinas Pendidikan Kab Kendal..
thanks for information,,sangat bermanfaat
ST3Telkom
Posting Komentar
Ass. wr. wb.
Trima kasih anda sudi meninggalkan komentar bagi kami, apapun isi komentar anda, kami yakin itu berangkat dari kepedulian anda tentang pendidikan terutama di Kabupaten Kendal ini.
Wassalam.