Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net
Terwujudnya Kendal yang Beriman, Bertaqwa, Cerdas, Terampil dan Berbudaya

12 Desember 2009

Seni, Kehidupan dan Pembelajaran Sastra (Catatan ringan seorang guru)

Posted by Nurhadi,S.Pd 2:21 PM, under |

Belajar dari sebuah pengalaman sangatlah berarti, lebih-lebih belajar seni. Dalam hal ini perasaan menjadi satu modal untuk memulai sebuah aktivitas. Hiruk pikuk kehidupan modern yang bergelimang dengan teknologi ternyata telah melunturkan ewuh pekewuh, apalagi penghargaan terhadap budaya dan warisan leluhur. Padahal bila dilihat dari analogi kehidupan seni akan membuat hati manusia semakin luluh dan tepo sliro. Apapun kendala yang dihadapi seseorang, pastilah akan lebih sabar dalam menghadapi kendala tersebut. Selain itu hubungannya dengan pembelajaran, seni khususnya seni panggung akan memberikan satu pembeajaran mental yang kuat terhadap seseorang apabila mau menggunakan beberapa pengalaman yang telah membuat orang bisa teteg dalam menjalani kehidupan sebagai seorang seniman/penulis. Dalam Kurikulum Bahasa Indonesia porsi sastra sangatlah minim, guru harus benar-benar memiliki kiat dan trik sendiri dalam mengembangkan kurikulum. Belajar dari sumber tertulis maupun elektronik kiranya kurang apabila tidak diikuti dengan kegiatan outdoor yang dapat memotivasi siswa dalam belajar. belajar dari seorang penulis, seniman secara langsung ternyata lebih memberikan semangat live skill dan tambahan materi diluar kelas. Inilah yang kami kembangkan di SMA N 1 Boja. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia tiap tahunnya selalu diakhiri dengan temu sastrawan, temu seniman, ataupun temu penulis. Berikut petikan para seniman dan penulis yang telah memberikan motivasi tersendiri bagi kami:

1. Pelawak Marwoto (pelawak dari Jogjakarta)
Saya itu berangkat dari kesenian tradisional, keluarga saya keluarga kesenian Tobong yang selalu berpindah-pindah untuk menghibur masyarakat. Dari situlah saya belajar bagaimana menjadi pemeran yang baik."Begitulah pengakuannya kepada kami. selanjutnya Marwoto menyampaikan bahwa untuk menjadi pemain yang baik harus memiliki 5 (lima) G. yaitu Gandang, Gendheng, Gandhung, Gendheng, dan gendhing. Maksudnya Gandang yaitu memiliki suara yang keras, bisa di dengar oleh penonton atau kualitas vocal yang baik. GendhEng yaitu sebagai pemain harus mampu mengayomi pemain lain, bukannya menjatuhkan atau cari menang sendiri. bermain drama itu adalah team jadi semua menentukan sukses tidaknya cerita. Gandhung yaitu harus mampu membawa diri yang baik sebagai seorang pemain.apa pun perannya, lebih-lebih bila itu bukan peran keseharian kita. Gendheng yaitu sebagai pemain harus total. benar-benar menghilangkan siapa diri kita. gilalah terhadap peranmu, gila dalam hal ini totalitas kita harus benar-benar menjadi tokoh, jangan pernah membawa sebagian diri ketika di atas panggung maka tidak akan maksimal. Gendhing yaitu irama dalam bermain, pemain harus mampu mencari trik bagaimana medikte penonton. irama harus muncul dalam pementasan. selain itu juga harus bisa nembang atau bernyanyi.
2. Sigit Susanto (penulis dari Boja, kendal sekarang di Swiss)

Mas Sigit banyak memberi masukkan untuk lebih sabar dalam melakukan aktivitas menulis. Setahun Ia selesaikan "Menyusuri Lorong Dunia" baginya menulis dengan model travelling lebih mengasyikkan di bandingkan dengan menulis yang hanya duduk saja, Mas Sigit pun bercerita bagaimana Lounching bukunya yang banyak mendapat sambutan dari masyarakat Indonesia. Bali, Malang, Jogja, Semarang, bahkan Bandung telah mempublikasikan bukunya. jangan berpikir bagaimana sambutan pembaca. tapi cobalah terus menulis biarkan masyarakat pembaca yang menilai, karena itulah proses alami dalam menulis. lebih-lebih bila sudah dikenal masyarakat, harus siap diterima, atau dicemooh. bahkan Mas Sigit juga mencontohkan tokoh-tokoh sastra dunia. semisal Kaffa yang memang tidak butuh popularitas, biarkan orang tahu sendiri kualitasnya. Aku hanya menyimpan dalam memoriku tiap kata yang Ia ucapkan aku harapkan itu menjadi motivasi bagiku ke depan.

3. Wayan Sunarta (Penyair dari Bali)

Jadikanlah lingkungan kehidupan sekitar sebagai bahan untuk menulis, kawinkanlah kata sehingga akan muncul frasa-frasa indah, jangan lupa yang penting adalah perasaan. sebuah proses kreatif tanpa didasari perasaaan tidak akan tercipta sebuah karya yang baik.Persoalan di terima atau tidak dimasyarakat biarlah mereka yang tentukan pilihan. Berproseslah dalam tiap waktu.

4. Didik Nini Thowok (Penari dari Jogjakarta)

Hidup tidak akan lepas dari masalah. Ketika saya membawakan tarian yang jelas-jelas sebagai perempuan(Gender) bagaimana reaksi masyarakat pada waktu itu, sangat menyakitkan.Tetapi dengan keyakinan bahwa inilah jalan saya untuk hidup, maka saya pun semakin termotivasi untuk mencipta tarian-tarian baru. Dari tarian itulah saya bisa sampai ke mana-mana.Seperti Tari Topeng "Dua Wajah".Maka inilah saya sekarang, jadi jangan patah arang apabila menghadapi kendala dalam berseni lebih-lebih seni panggung.
Pesan dan motivasi itulah yang tertanam pada anak-anak. Dalam perkembangannya anak-anak pun dapat memahami bahwa dalam belajar seni, sastra, menulis dan drama di butuhkan satu mental yang kuat, kesungguhan dan menghargai sesama.Selain itu anak-anak juga sangat menghargai sesama dalam menjalani kehidupan dan belajar untuk hidup.
Mudah-mudahn tulis ini dapat menimbulkan semangat utuk tetap berkarya dan belajar demi masa depan bangsa melalui anak-anak kita.

Penanda

Arsip Blog