Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net
Terwujudnya Kendal yang Beriman, Bertaqwa, Cerdas, Terampil dan Berbudaya

02 Desember 2008

Meningkatkan Mutu Pendidikan Tanpa Tambah Biaya dan Sarana, Mungkinkah?

Posted by Utomo 9:24 PM, under | 3 comments

Barangkali ini pertanyaan yang sering didengar, dan rasanya masuk akal juga. Mana mungkin bisa meningkatkan mutu tanpa tambah biaya dan tanpa tambah sarana. Bukankah jerbasuki mawa bea (setiap keinginan memerlukan beaya) kata orang jawa. Saya pun sependapat dengan pepatah tersebut. Hanya bedanya saya punya tafsiran yang lain tentang beaya. Beaya tidak harus dalam wujud dana. Beaya adalah diartikan sebagai harga yang harus dibayar sebagai akibat timbulnya keinginan. Tetapi bayarnya tidak harus dalam bentuk uang.
Saya mencoba membuat contoh sebagai berikut. Kalau suatu sekolah merencanakan peningkatan rata-rata Nilai Ujian Nasional katakanlah dengan mematok target kenaikan 0,2 dari rata-rata nilai pada tahun sebelumnya. Dengan asumsi anggaran tahun ini tidak ada peningkatan, dan tidak ada sarana tambahan apapun apakah ini bisa dicapai?
Jika asumsi yang kita pakai bahwa setiap keinginan harus memerlukan beaya yang berupa dana maka keinginan diatas jelas tidak dapat diwujudkan. Tetapi jika persepsi beaya buka dalam bentuk uang dan sarana maka target peningakatan mutu yang diindikasikan dengan kenaikan rata-rata Nilai Ujian Nasional tersebut dapat diupayakan dicapai. Pertanyaan lanjutannya adalah bagaimana caranya?
Jawaban pertanyaan ini yang paling penting. Jadi kita harus mencari cara bagaimana bisa meningkatkan mutu tanpa harus bertambah beaya (dana) dan sarana. Demikian juga keinginan-keinginan yang lain misalnya bagaimana meningkatkan prestasi siswa dalam berbagai lomba atau prestasi sekolah tanpa tambah beaya dan sarana?

Ada yang punya ide? Silahkan ditanggapi!! (bersambung)

3 komentar:

Bapak/Ibu yang kami hormati....
Kalau kita sependapat bahwa akar permasalahan kemunduran bangsa ini ( katanya kita pernah mengalami kejayaan pada masa MAJAPAHIT )karena kita punya MENTAL SERBA INSTAN (pengin mendapatkan sesuatu secara cepat dan mudah tanpa harus ada usaha susah payah), kita harus mampu mengikis mental tersebut. Usaha kami hanya baru mencoba menjadi pengawas tes / ulangan / ujian yang baik. Mencoba mengurangi siswa kami supaya tidak mencontek. Menurut kami,membiarkan atau memberi kesempatan siswa mencontek sama halnya dengan memberikan tumbuh kembangnya budaya instan tersebut.

Beberapa hari yang lalu saya berbincang dengan Kepala SMP swasta di Kaliwungu yang meminta saya untuk menjadi nara sumber IHT PeTIK untuk Pembelajaran.
Ada yang menarik dari paparan beliau tentang sekolahnya yang berani menarik SPP sekitar 20.000 sementara sekolah SMP negeri di sekitarnya ada yang 30 malah ada yang 40.
Ini kan sangat menarik untuk di kaji. Ing atase sekolah swasta, kok cuman narik segitu, padahal kualitasnya tidak kalah dengan negeri (dilihat dari tingkat akreditasi dan fasilitas). Padahal uang segitu masih untuk harus menggaji gurunya.
Memang sepertinya betul permintaan mendiknas agar SD SMP Negeri sudah harus tidak memungut dari siswa lagi.
Meskipun kalau ini terjadi, kita tidak boleh melupakan nasib sekolah swasta...
nuwun

Setuju pak ut.
Memang keberhasilan suatu pendidikan diukur dari hasil ujian nasional (maaf, itu dari sisi kualitas pendidikan khususnya standar penilaian) saya kira semua sekolah punya harga diri untuk memperthankan dan meningkatkan hasil yang telah dicapai tahun sebelumnya. Dikpora harus mampu memotivasi lebih. Try out sebagai penjajakan bila dirasa berhasil ya harus kembali diadakan bahkan kalau mungkin ditambah jumlah ujinya. agar murah sediakan saja prediksi soal-soal ujian nasional di JIP ini biarkan siswa mendowload dan membahas. kalau perlu model learning yang bisa dikerjakan dan muncul jawaban serta nilai mereka (seperti di Invire.com)saya kira tidak perlu menggandakan lagi.
Yang kedua marilah kita merenung.
Sebagai pendidik... bukan pengajar saja. kita juga punya kewajiban untuk mendidik akhlak kepribadian dan menyiapkan mental anak didik menghadapi kehidupan, na.... disinilah dibutuhkan kurikulum khusus yang tidak hanya ujian nasional.
Maaf. biaya semahal apapun, bahkan semurah apapun bisa mencapai batas minimal standar penilaian (kalau hanya mengejar lulus ujian nasional)
Marilah kita juga berpikir mental pelajar saat ini, kepribadian mereka sangat-sangat mengenaskan, banyak lulusan terbaik, rangking selalu lima besar, tetapi mereka gagal bersaing dengan rekan-rekan mereka yang memiliki mental dan kepribadian yang siap bertarung di masyarakat.
Bahkan ada mereka yang memprihatinkan, seorang siswa pandai, tetapi tidak bisa bergaul dengan baik(sopan) karena kepribadiannya belum terbentuk.
Untuk itu marilah kita sukseskan dua tujuan pendidikan yaitu prestasi akdemik yang gemilang dan menyiapkan mental serta kepribadian yang kuat dalam diri pelajar.

Posting Komentar

Ass. wr. wb.
Trima kasih anda sudi meninggalkan komentar bagi kami, apapun isi komentar anda, kami yakin itu berangkat dari kepedulian anda tentang pendidikan terutama di Kabupaten Kendal ini.
Wassalam.

Penanda

Arsip Blog